Senin, 18 April 2011

Mengapresiasi Sastra, Mengapresiasi Kehidupan

Pengajaran apresiasi sastra di sekolah-sekolah selama ini berlangsung
membosankan sehingga tidak berlebihan bila divonis gagal. Siswa tidak diajak untuk
memahami dan mengagumi keagungan nilai-nilai kemanusiaan yang terkandung
dalam karya-karya sastra, melainkan sekadar dicekoki teori-teori hafalan, seperti
nama-nama sastrawan berikut hasil karya mereka.
Kondisi pengajaran sastra yang semacam itu tentunya mematahkan tujuan
pengajaran sastra itu sendiri, yaitu yang sebenarnya untuk mencerdaskan emosional
dan spiritual siswa. Mengapresiasi sastra pada hakikatnya belajar tentang hidup
dan kehidupan karena karya-karya sastra merupakan refleksi pengalaman psikis
manusia. Melalui karya sastra dan nilai-nilai kemanusiaan yang terkandung di
dalamnya itulah para siswa memperoleh “santapan batin” untuk memperhalus budi
serta memperkaya batin dan hidup.
Seiring dinamika peradaban, sastra menjadi semakin penting untuk disosialisasikan
dalam institusi pendidikan. Mengingat peranannya yang telah terbukti cukup besar
dalam membentuk watak dan kepribadian seseorang.
Dengan bekal apresiasi sastra yang memadai, para siswa diharapkan dapat
tumbuh menjadi manusia-manusia berpendidikan yang mampu bersaing di tengah
globalisasi dengan sikap arif, matang, dan dewasa.
(Sumber: Kompas, 5 September 2005)

Tidak ada komentar: